Karena sudah masuk musim hujan, musim nya para jomblo galau dan do’a yg dipanjatkan lebih banyak minta hujan di malam minggu dibanding malam-malam yg lain. Jadi saya mau mengangkat materi tentang “AIR” alias “WATER”
Seperti yang sudah kita sepakati bersama, air merupakan sumber kehidupan di bumi ini. Tiada satu makhluk pun yang bisa hidup tanpa air. Konon, Manusia bisa tahan 40 hari tanpa makan. Tapi bakal mati dehidrasi dalam satu minggu tanpa air.
Sebelum lanjut coba beri komentar/pendapat tentang gambar ini :
Perhatikan grafik data berikut :
Dari data diatas kebutuhan air bersih di jakarta setiap tahun meningkat, bayangkan sudah berapa milliar kubik yang tersedot dari dalam tanah? Ga heran kan ad kajian klo setiap tahun tanah Jakarta turun 10-11cm? karena apa? Karena konsumsi besar2an air tanah disedot terus2an tiap hari.
Kita lanjut, Liat lagi data berikut :
Sudah konsumsinya banyak, tingkat keberlanjutan airnya jg rendah (maksud keberlanjutan air itu, ketersediaan air) kira-kira mencapai 45%.
Nah ketersediaan air Jakarta rendah tapi tingkat konsumsi nya tinggi, klo gitu apa anak cucu kita nanti bisa menikmati air bersih di Jakarta?
Klo kita jawab “Kan ada air pam, air pam kan ambil dari kali malang dan kali2 lainya”
Coba kita liat data produksi PAM di Jakarta dari data table berikut :
Cuma sekitar 560,38 juta meter kubik masih minus 600an juta meter kubik. Dari data-data diatas Sudah sah klo Jakarta itu Krisis air bersih.
Nah trus apa hubunganya antara pernyataan gubernur Jakarta anise tentang air hujan? Kita balik lagi pelajaran Geografi dasar waktu SMP-SMA tentang siklus hidrologi
Ga ada yg salah dari pernyataan anies d awal. Pernyataan anies mungkin mengacu pada siklus ini, klo air hujan itu ada yg terserap ke tanah dan ada yng mengalir. Emang apa hubungan nya sama materi diatas?
Tentu aja ada, alam memiliki cara nya sendiri untuk mejaga keseimbangan nya. Ketika satu proses siklus diatas terganggu tentu akan mengakibatkan suatu hal terjadi, salah satu contoh nya “banjir”.
Anies pengen air hujan itu terserap tanah, tapi mampukah tanah Jakarta menyerap air hujan? Liat aja aspal dan lantai beton dimana-mana, sedikit sekali taman dan daerah serapan. Belum lagi design2 bangunan skrg yang memiliki nama “green” di depan nya tapi sedikit sekali area resapan air nya bahkan ada yg Cuma mengandalkan sumur resapan aja.
Kesimpulan nya, untuk mengatasi banjir kita memang harus membuang air yg “berlebih” cepat ke laut tapi untuk menjaga keberlangsungan air di Jakarta kita juga harus memikirkan agar air hujan itu ada yang meresap ke tanah agar anak cucu kita bisa merasakan segarnya air yang Allah berikan dan terciptanya keseimbangan alam.
Tugas kita juga memikirkan infrastruktur dan cara terbaik bagaimana bebas banjir namun juga tak menyia-nyiakan berkah hujan yang Allah berikan ke kita.
“hemat air dari sekarang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar